Topic of discussion


Gambar 3. Perkembangan Uang Beredar

Pertumbuhan Uang Beredar Sempit (M1) dan Uang Beredar Luas (M2) masih cukup tinggi yaitu di 15,8% yoy dan 12,2% yoy masing – masing pada bulan November 2020. Pertumbuhan M2 masih cukup tinggi karena pemerintah masih terus menghimpun dana untuk mencukupi pendanaan terutama pada masa pemulihan ekonomi saat ini. Pemerintah juga terus memastikan bahwa penyerapan terhadap anggaran dapat sesuai harapan sehingga dapat menjadi pendorong ekonomi. Penyerapan dana stimulus PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) per akhir November sebesar 62% (Rp 431 triliun) dan per akhir Desember adalah sebesar 83,45% (Rp 579,8 triliun dari total dana Rp 695,2 triliun).

Pertumbuhan M1 tetap tinggi pada Desember terutama dengan pertumbuhan giro dan uang kartal seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang belum kuat. Sementara itu permintaan terhadap kredit perbankan masih rendah. Pertumbuhan kredit pada bulan November tetap pada zona negatif yaitu di -1,4% yoy, semakin turun dari -0,5% yoy di bulan Oktober.
Likuiditas besar yang saat ini ada masih menjadi pendorong utama kenaikan aset finansial seperti pada pasar saham dan pasar obligasi yang mampu memberikan imbal hasil yang tinggi dibandingkan dengan imbal hasil yang didapatkan dari perbankan. Dengan berjalannya perekonomian yang lebih normal maka likuiditas tersebut akan bergerak ke real economy yang dapat dinikmati pihak yang lebih luas.

Baca selanjutnya:
Rupiah menguat di akhir tahun berkat neraca dagang surplus dan DXY yang terus menurun


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.