No Pivot

Jika kita membandingkan pergerakan yield dari INDOGB 10-tahun pada bulan Agustus dengan tiga bulan terakhir (Mei, Juni dan Juli 2022), maka kita dapat mengatakan bahwa volatilitas yield bergerak relatif stabil dengan kisaran hanya sekitar 25bps (7,22% - 6,97). %). Ini adalah kondisi yang sangat menguntungkan mengingat kenaikan signifikan yield dari US 10-tahun Treasury yang didorong oleh kebijakan Fed yang hawkish. The Fed menggunakan kesempatan di simposium ekonomi Jackson Hole untuk menyampaikan pesan kebijakan yang hawkish tentang tekad bank sentral AS untuk mengatasi lonjakan inflasi. Ketua Fed mengatakan keberhasilan menurunkan inflasi mungkin akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah untuk beberapa periode mendatang dan untuk melakukan itu, suku bunga perlu tetap pada tingkat yang tinggi agar dapat menahan pertumbuhan untuk beberapa waktu. Pejabat Fed sedang memperdebatkan apakah besarnya kenaikan suku bunga acuan yang sama (75 bps) untuk ketiga kalinya akan diperlukan pada pertemuannya pada bulan September, atau hanya menaikan setengah persen sebagai gantinya. Jerome Powell mengatakan pada titik tertentu akan tepat untuk mengubah arah pergerakan suku bunga. Namun Powell menolak bahwa data terbaru yang menunjukkan sedikit pelonggaran inflasi sebagai suatu dasar untuk dapat mengubah kebijakan moneter mereka. Sebagian besar pejabat the Fed mengatakan mereka dapat mengendalikan inflasi tanpa menyebabkan resesi yang menyulitkan. Hal tersebut bertentangan dengan pandangan konsensus di antara para ekonom, yang memprediksi setidaknya resesi ringan di tahun depan. Para investor beranggap bahwa the Fed bersedia mengambil lebih banyak tekanan sulit dalam jangka pendek untuk mendapatkan hasil yang baik dari stabilitas harga pada jangka panjang, sehingga pasar global sepertinya tidak mungkin melihat the Fed mengubah arah kebijakan moneter dalam waktu singkat.

Kami melihat RAPBN 2023 memperlihatkan bahwa pemerintah kembali ke kebijakan disiplin anggaran seperti sebelum pandemi Covid-19. Hal ini memberikan sinyal yang kuat kepada pasar bahwa peringkat obligasi negara Indonesia dapat dipertahankan. Meskipun demikian, kami melihat adanya risiko dimana kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara yang menyebabkan yield obligasi lebih tinggi sehingga menawarkan imbal hasil yang lebih kompetitif kepada investors. Oleh karena itu, menurut kami, jika pemerintah dan Bank Indonesia dapat menjaga kredibilitas keseluruhan dalam kebijakan fiskal dan moneter, obligasi Indonesia akan tetap diminati dan menarik bagi jenis investor yang lebih luas terutama dengan credit rating yang lebih baik. Kami masih menyarankan investor memiliki lebih banyak aset kelas obligasi dimana yield yang ditawarkan masih cukup menarik.

Rekomendasi Produk

Produk
MIDU

Reksa Dana MIDU berinvestasi pada Instrumen Obligasi dengan segmen Jangka Menengah
dan dikategorikan berisiko Rendah - Menengah. Investor memiliki risiko atas Portofolio Obligasi tersebut.


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi - 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi - [email protected]
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.