Stabilizing yields

Pasar obligasi telah melalui 3 bulan terakhir (Mei, Juni & Juli 2022) dengan yield yang tinggi di pertengahan bulan dan kembali turun di akhir bulan. Meskipun demikian, kami melihat yield INDOGB 10-tahun pada saat ini seharusnya lebih tenang karena yield dari US Treasury 10-tahun mulai stabil di bawah 3%. Ekspektasi inflasi AS yang tercermin dalam grafik breakeven 2-tahun telah melewati puncaknya dan sekarang berada di tren penurunan. Harga minyak telah menurun bersama dengan harga komoditas lain, terutama yang berhubungan dengan makanan seperti gandum dll. Inflasi US pada kuartal ketiga 2022 kemungkinan masih cukup tinggi, tetapi sepertinya akan mengalami penurunan di akhir tahun. Oleh karena itu, kenaikan Fed Fund Rate sebesar 75 bps oleh bank sentral AS diperlukan untuk memastikan inflasi yang kuat saat ini dapat diredam. The Fed terus berkomitmen untuk menurunkan inflasi dan kemungkinan besar kenaikan suku bunga acuan masih akan terjadi pada sisa pertemuan FOMC di tahun 2022 (50 bps pada September, 25 bps pada November dan Desember). Setelah dua bulan berturut-turut kenaikan suku bunga tinggi (75 bps), pasar global memperhitungkan resesi dapat terjadi di AS di 2023. Oleh karena itu, US Treasury sebagai salah satu safe haven kembali diminati. Yield dari US Treasury 10-tahun turun menjadi 2,7% pada akhir Juli 2022.

Yield spread antara INDOGB dan UST 10-years berkisar antara 420 – 450 dimana menurut kami merupakan kisaran yang normal. Jika ekonomi AS melemah, investor akan menambah obligasi US lebih banyak sehingga yield akan menurun dan harga obligasi akan meningkat. Hal tersebut tentu memberikan keuntungan bagi INDOGB dimana yield juga dapat menurun mengikuti yield spread. Kekuatan ekonomi domestik saat ini dapat mendukung nilai tukar Rupiah untuk bertahan dan saat ini masih relative stabil. Meskipun inflasi terus meningkat, Bank Indonesia masih mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif dengan suku bunga acuan (BI 7D RRR) masih berada pada 3,5%. Meski demikian, BI telah berusaha mengurangi sebagian ekses likuiditas perbankan dengan menjual obligasi bertenor pendek yang rencananya mencapai Rp 70 triliun. Selain itu, kebijakan lain dalam mengatasi inflasi adalah dengan menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) sampai dengan 9% pada bulan September. BI masih cukup yakin bahwa likuiditas pada sistem keuangan masih cukup besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kami melihat BI akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini, namun yield dari INDOGB kemungkinan akan stabil karena kenaikan yield telah mengalami penyesuaian dengan mengalami kenaikan pada tiga bulan terakhir.

Rekomendasi Produk

Produk
MIDU

Reksa Dana MIDU berinvestasi pada Instrumen Obligasi dengan segmen Jangka Menengah
dan dikategorikan berisiko Rendah - Menengah. Investor memiliki risiko atas Portofolio Obligasi tersebut.


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi - 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi - cs@mandiri-investasi.co.id
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.