Normalization Phase (Global)
Saham Amerika Serikat masuk babak baru setelah rapat the Fed pada pertengahan Juni 2021. The Fed memajukan jadwal kenaikan suku bunga setelah inflasi meningkat yang sebelumnya 2024 menjadi 2023. Namun, bank sentral US tidak memberikan indikasi kapan akan memulai pemotongan program pembelian surat utang, meskipun Fed Chairman Jerome Powell menjelaskan bahwa pihaknya membicarakan dalam rapat. Setelah pemberitaan tersebut, indeks S&P 500 terkoreksi, yield UST 10 tahun stabil di bawah 1.5% dan DXY lompat ke 92 (sebelumnya 90). Bila melihat kembali kenaikan suku bunga pertama kali pada 2015 setelah suku bunga bertahan mendekati 0% selama beberapa waktu, pergerakan ketiga indikator hampir sama seperti saat ini dimana indeks S&P 500 cukup volatile dan terjadi koreksi sebelum akhirnya naik kembali, sedangkan yield US Treasury 10 tahun relatif menurun dan DXY menanjak. Selain itu, salah satu pengamatan menarik lainnya adalah pergerakan value stocks dan growth stocks dimana sejak tema re – opening dimulai awal tahun value stocks berusaha mengejar ketinggalan dari growth stocks yang berkinerja sangat baik pada tahun lalu. Namun, setelah the Fed mengumumkan rencana kenaikan suku bunga, growth stocks mendapatkan momentum kembali. Kedepannya, perekonomian negara maju diperkirakan akan kembali ke normalisasi seperti level sebelum pandemi. Sehingga pertumbuhan adalah salah satu pendorong dalam kinerja saham. Pemilihan saham dalam portofolio kami berfungsi baik dalam pada titik balik saat ini dan kami optimis melihat perkembangan pemulihan ekonomi yang terus terjadi secara global.
Resilient Amidst Obstacles (Domestik)
IHSG bertahan pada bulan Juni meskipun beberapa kejadian terjadi secara global dan domestik. The Fed memajukan jadwal kenaikan suku bunga setelah inflasi meningkat yang sebelumnya 2024 menjadi 2023. Namun, bank sentral US tidak memberikan indikasi kapan akan memulai pemotongan program pembelian surat utang, meskipun Fed Chairman Jerome Powell menjelaskan bahwa pihaknya membicarakan dalam rapat. Setelah pemberitaan tersebut, indeks S&P 500 terkoreksi, yield UST 10 tahun stabil di bawah 1.5% dan DXY lompat ke 92 (sebelumnya 90). Bila melihat kembali kenaikan suku bunga pertama kali pada 2015 setelah suku bunga bertahan mendekati 0% selama beberapa waktu, pergerakan ketiga indikator hampir sama seperti saat ini dimana indeks S&P 500 cukup volatile dan terjadi koreksi sebelum akhirnya naik kembali, sedangkan yield US Treasury 10 tahun relatif menurun dan DXY menanjak.
Sementara itu, angka pasien Covid – 19 harian naik signifikan dari rata – rata 6.000 kasus per hari di akhir Mei menjadi 21.000 kasus per hari di akhir bulan Juni. Bed occupancy ratio (rasio keterisian rumah sakit) sudah melewati 75% secara nasional dan aturan lebih ketat telah diberlakukan. Meskipun demikian, kami berpendapat IHSG masih bisa di tengah kenaikan kasus Covid – 19. Maka dari itu, IHSG bisa lebih kuat bila kasus harian di Indonesia dapat lebih rendah.
Rekomendasi Produk
Produk | |
---|---|
MGSED | Reksa Dana MGSED berinvestasi pada Efek Ekuitas Syariah Luar Negeri di dalam Daftar Efek Syariah. |
ASEAN5 | Reksa Dana ASEAN5 berinvestasi pada Efek
Ekuitas Domestik dan Luar Negeri dengan
segmen Jangka Panjang, |
MITRA | Reksa Dana MITRA berinvestasi pada Efek Ekuitas
dengan segmen Jangka Panjang, dan
dikategorikan berisiko tinggi. |
Info lebih lanjut
Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.