
Selama bulan Juli 2022, ekonomi Indonesia bergerak stabil di tengah berita ekonomi global yang stagnan. Seperti diskusi kita sebelumnya, Indonesia digambarkan dalam kondisi yang terus membaik berdasarkan data – data makro bulanan dan analisa perkembangan perusahaan – perusahaan di Indonesia. Pengamatan dan analisa tersebut terbukti cukup sesuai dengan pencapaian pertumbuhan PDB kuartal kedua 2022 yang lebih baik dari perkiraan konsensus. Selain itu, banyak perusahaan – perusahaan yang terus menunjukan perbaikan dengan kenaikan laba yang cukup baik. Kami menganggap ekonomi Indonesia sudah berangsur pulih kembali, karena tantangan yang saat ini dihadapi sudah mirip seperti kondisi normal seperti tantangan pertumbuhan investasi, kenaikan harga dan kesempatan kerja. Kami melihat semester kedua akan lebih stabil dengan perkembangan data makro yang lebih normal. Kondisi yang kondusif dapat memberikan kesempatan bagi investor dari berbagai profil resiko untuk mulai berinvestasi lebih intensif.
Overview
Ekonomi negara maju pada kuartal kedua 2022 sudah mengalami normalisasi dengan data ekonomi yang mulai melambat. Ekonomi AS menyusut dalam dua kuartal secara berturut-turut. Data yang telah dipublikasikan menunjukkan pertumbuhan PDB US turun 0,9% yoy atau -0,2% qoq di 2Q22. Kondisi ini mengikuti data pertumbuhan PDB 1Q22 yang menunjukkan ekonomi AS menyusut 1,6% di 1Q22. Kontraksi ekonomi dalam dua kuartal secara berturut – turut sebenarnya telah memenuhi definisi resesi. Namun, Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, mempertahankan pandangannya bahwa ekonomi AS tidak sedang mengalami resesi. Sebagian besar ekonom dan masyarakat di AS memiliki definisi resesi ekonomi dimana masyarakat mengalami kehilangan pekerjaan yang substansial dan PHK massal terjadi, bisnis terpaksa tutup, aktivitas swasta melambat, dan anggaran pada banyak keluarga berada di bawah tekanan besar. Untungnya semua indikasi itu belum terjadi. Di sisi lain, The Fed telah menaikkan lagi 75 bps untuk bulan kedua secara berturut-turut untuk mengatasi masalah inflasi. Jerome Powell, gubenur the Fed, juga menyatakan dia meyakini AS tidak berada dalam keadaan resesi di mana dia menunjukkan kekuatan dalam ekonomi AS, termasuk pada pasar tenaga kerja. Meskipun demikian, Powell mengatakan pasar tenaga kerja harus lebih longgar agar inflasi dapat teratasi. Di sisi lain, Bank Sentral Eropa, ECB, mulai menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps dan akan terus berlanjut hingga inflasi di Eropa kembali normal. Pada saat ini, ekspektasi inflasi di Amerika Serikat mulai menurun. Dengan kondisi saat ini, Federal Fund Rate kemungkinan besar tidak akan mengalami kenaikan 75 bps seperti dua bulan terakhir (Juni dan Juli) pada pertemuan FOMC di bulan September mendatang. Selain itu, harga minyak mulai turun karena proyeksi ekonomi global yang terus melemah untuk kedepannya. Bersamaan dengan minyak, harga komoditas lain juga ikut menurun.
Indonesia mencatatkan pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) kuartal dua 2022 sebesar 3,72% qoq/5,44% yoy, dimana pencapaian tersebut jauh melebih perkiraan consensus di 3,44% qoq /5,17% yoy. Dengan demikian secara kumulatif, pertumbuhan semester satu 2022 mencapai 5,23% yoy. Sumber pertumbuhan di kuartal kedua 2022 berasal dari konsumsi rumah tangga 2,92% yoy, kemudian diikuti oleh net ekspor 2,14% yoy dan PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) 0,94% yoy. Sementara pengeluaran pemerintah dan lainnya masih turun 0,56% yoy. Pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan, dan yang paling tinggi terjadi pada sektor transportasi dan restoran. Pada semester kedua tahun ini, pemerintah seharusnya dapat mengoptimalkan anggaran agar daya beli /konsumsi masyarakat dapat terjaga dan investasi diharapkan dapat lebih besar sehingga membantu net ekspor yang diperkirakan melambat.
Pasar obligasi telah melalui 3 bulan terakhir (Mei, Juni & Juli 2022) dengan yield yang tinggi di pertengahan bulan dan kembali turun di akhir bulan. Meskipun demikian, kami melihat yield INDOGB 10-tahun pada saat ini seharusnya lebih tenang karena yield dari US Treasury 10-tahun mulai stabil di bawah 3%. Ekspektasi inflasi AS yang tercermin dalam grafik breakeven 2-tahun telah melewati puncaknya dan sekarang berada di tren penurunan. Yield spread antara INDOGB dan US 10-years Treasury berkisar antara 420 – 450 bps dimana menurut kami merupakan kisaran yang normal. Jika ekonomi AS melemah, investor akan menambah obligasi US lebih banyak karena merupakan saalah satu safe heaven asset, sehingga yield akan menurun dan harga obligasi akan meningkat. Hal tersebut tentu memberikan keuntungan bagi INDOGB dimana yield juga dapat menurun mengikuti yield spread. Kekuatan ekonomi domestik saat ini dapat mendukung nilai tukar Rupiah untuk bertahan dan saat ini masih relatif stabil. Selain itu, meski inflasi terus meningkat, Bank Indonesia masih mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif dengan suku bunga acuan (BI 7D RRR) masih berada pada 3,5%. Dengan suku bunga yang masih tetap, tidak berarti BI tidak bergerak menghadapi inflasi dan perubahan kebijakan moneter global. BI telah berusaha mengurangi sebagian excess likuiditas perbankan dengan menjual obligasi bertenor pendek yang rencananya mencapai Rp 70 triliun. Selain itu, kebijakan lain dalam mengatasi inflasi adalah dengan menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) sampai dengan 9% pada bulan September. BI masih cukup yakin bahwa likuiditas pada sistem keuangan masih cukup besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kinerja dari pasar ekuitas domestik cukup melegakan pada Juli 2022. Dalam dua minggu pertama Juli 2022, koreksi masih mewarnai sebagian besar hari perdagangan karena pasar global telah memperhitungkan risiko resesi yang dapat terjadi di berbagai negara. Oleh karena itu, kepemilikan saham di IHSG dikurangi oleh investor asing setelah bertahan beberapa waktu. Kemudian, di paruh akhir bulan, IHSG mengalami rebound yang kuat bersama dengan indeks global utama lainnya. Hal ini terjadi karena pandangan kebijakan moneter AS akan sejalan dengan ekspektasi pasar global. Meskipun indeks naik, banyak fund manager memiliki posisi kas yang cukup tinggi karena kekhawatiran akan sentimen global. Kami melihat kinerja 2Q22 dari beberapa perusahaan domestik cukup baik atau minimal sesuai dengan ekspektasi/konsensus. Posisi cash yang besar dan kinerja yang terus membaik menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan setiap saat.
Topic of discussion
- Inflasi mendekati 5%.
- PMI Manufacturing kembali menguat, sementara IKK masih kuat.
- Neraca dagang surplus terus bertahan.
- Stabilitas kebijakan moneter terjaga.
- Penjualan berangsur pulih.
- Kesimpulan dan Rekomendasi.
Rekomendasi Produk
Saham
- Mandiri Investa Global Syaria Equity Dollar
Saham global denominasi USD berkerjasama dengan JP Morgan AM - Mandiri Investa Atraktif
Saham domestik mayoritas saham Big Cap
Pendapatan Tetap
- Mandiri Investa Dana Utama
Obligasi pemerintah dan korporasi. Pembagian dividen bulanan.
Durasi: pendek (< 4 tahun)
Produk | 6M Performance | YTD Performance | Saham |
---|---|---|
MGSED | -10,5% | -26,2% |
MITRA | +3,1% | +5,8% | Pendapatan Tetap |
MIDU | +0,51% | +0,59% |
*Data diatas adalah data per tanggal 22 Agustus 2022
Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan Juli 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:
Baca SelengkapnyaInfo Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi - 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi - cs@mandiri-investasi.co.id
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.