Relaksasi kebijakan pengetatan aktifitas masyarakat yang terus dilakukan oleh pemerintah membuahkan hasil. Masyarakat dengan cukup cepat beradaptasi dengan keadaan sehingga roda perekonomian sudah mulai bergerak.  Vaksinasi yang berjalan sangat cepat menambah optmisme pasar akan perkembangan covid-19 yang terkendali. Seiring dengan membaiknya kondisi dalam negeri, Indonesia mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas energi yang cukup signifikan. Membaiknya perekonomian dunia membuat permintaan melonjak akan barang naik, sehingga bahan baku dan komoditas energi yang dibutuhkan semakin besar. Selain itu, pemerintah masih memiliki dana yang cukup besar untuk menopang konsumsi dan menjaga agar sektor kesehatan bergerak sesuai rencana.

Overview

Perhatian utama pada bulan September berada pada fiskal dan moneter Amerika Serikat. Dari sisi fiskal, pemerintah Amerika berusaha untuk meloloskan anggaran infrastructure plan USD 1,2 triliun dan anggaran sosial USD 3,5 triliun yang akan dipergunakan dalam 10 tahun kedepan untuk bidang edukasi, kesehatan dan anak, perubahan iklim dan lain lain. Sementara dalam meeting FOMC bulan September, the Fed menahan suku bunga acuan masih dalam rentang 0% - 0,25% dan mengungkapkan akan akan memulai pengurangan stimulus pembelian aset mulai bulan November 2021 sampai dengan pertengah 2022. Hal tersebut dilakukan oleh the Fed setelah melihat dua target perekonomian mengalami kemajuan yang substansial yaitu pergerakan inflasi yang sudah mendekat rata – rata 2% dan perkembangan tenaga kerja yang baik.
 
Bila melihat perkembangan pandemi di akhir bulan September, Indonesia terlihat sudah semakin baik. Angka kasus harian secara nasional sudah turun ke rata-rata di bawah 1.500 kasus/hari. Sementara tingkat vaksinasi dosis pertama mencapai 94 juta orang (45%) dari total target 208,3 juta penduduk, kenaikan yang cukup signifikan selama sebulan sekitar 27 juta dosis diberikan. Sementara tingkat vaksinasi dosis kedua mencapai 53 juta orang (23%), naik sebanyak 15 juta dalam sebulan. Kecepatan kenaikan tingkat vaksinasi di Indonesia karena kesadaran masyarakat serta dorongan pemerintah yang terus disuarakan. Rasio keterisian rumah sakit dari covid-19 cukup rendah di 7%. Pemerintah tetap waspada meskipun kemajuan sudah banyak tercapai dimana pemerinah masih menerapkan protokol sesuai data perkembangan yang tercatat.

Banyak data domestik yang menunjukan kondisi yang membaik dimana Indonesia memiliki pondasi yang kuat untuk kembali bertumbuh. Kita dapat memahami bahwa karena PPKM, PMI Manufacturing dan Indeks Keyakinan Konsumen turun pada bulan Juli dan Agustus. Namun kedua data tersebut naik signifikan pada bulan September. Neraca perdagangan bulan Agustus membukukan rekor tertinggi sejak 2006 pada USD 4,74 milyar, sedangkan pada bulan September juga tinggi di USD 4,37 milyar. Cadangan devisa juga membukukan rekor tertinggi dalam sejarah yang berada pada USD 146,9 milyar. Penjualan mobil masih tumbuh 73% YoY pada September dimana insentif pajak PPnBM diperpanjang hingga akhir tahun. Sementara, volume jalan tol sudah hampir balik ke level sebelum pandemi. Mandiri Spending Index juga mengindikasikan bahwa belanja domestik telah puliha dimana baik indeks nilai belanja sudah balik ke kondisi sebelum pandemi sedangkan indeks frekuensi belanja bertumbuh kuat.

Pendapatan fiskal melanjutkan pertumbuhan mencapai 14% YoY selama 8 bulan 2021 (vs target 2021 tumbuh 7%) dari sebelumnya 9% YoY di semester pertama yang didukung oleh ekonomi domestic dan global. Di sisi lain, pengeluaran fiskal melambat ke 1,5% YoY di 8M21 dibandingkan 9,4% YoY di semester pertama. Selain itu, dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) hanya mencapai 53% per 17 September 2021 dari total Rp 744,75 triliun. Kementerian Keuangan memperkirakan bahwa pertumbuhan GDP 3Q21 mampu mencapai 4% - 5% meskipun PPKM diterapkan hampir di semua kota di Indonesia.

Pertumbuhan GDP di kuartal ketiga tahun ini masih bisa setidaknya 4%, karena pada kuartal tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mencatatkan penurunan -3,49% yoy. Jika dilihat pada tahun ini, harga komoditas bertahan di level atas dan sepertinya Indonesia mendapatkan keuntungan dari keadaan tersebut, khususnya wilayah di luar Jawa.

Kedepannya, pemerintah masih memiliki banyak sumber daya untuk mendukung pertumbuhan di kuartal keempat melalui pengeluaran fiskal dan kebijakan PPKM yang lebih longgar. Perusahaan mulai menaikan harga jual dimana hal tersebut akan menaikan margin keuntungan perusahaan. Menurut kami, perusahaan akan mulai meningkatkan kapasitas dan investasi jika permintaan akan barang dan jasa sudah mulai meningkat melebih kapasitas normal saat ini. Efek domino dari kredit perbankan menuju ekonomi akan berlanjut, dimulai dengan saham - saham siklikal.

Mengenai kenaikan suku bunga, DOT plot the Fed mengindikasikan akan ada tiga kali kenaikan sampai akhir tahun 2023 dan kenaikan tersebut dapat terjadi lebih awal. Dengan pandangan yang hawkish dari the Fed dan besar kemungkinan anggaran Amerika Serikat segera disahkah sehingga obligasi pemerintah akan bertambah banyak, maka yield dari US Treasury 10 tahun merangkak naik. Untuk obligasi pemerintah Indonesia, melihat pertumbuhan pendapatan negara yang cukup tinggi serta masih tersedia dana hasil kerja sama Kemenkeu dan BI pada SKB 3, sepertinya penerbitan obligasi negara akan semakin berkurang. Bahkan tidak tertutup kemungkinan lelang pada akhir tahun dapat ditiadakan. Maka dari itu, kami merasa yield dari obligasi acuan yaitu obligasi pemerintah 10 tahun masih dapat mengalami penurunan.

Topic of discussion

  • Deflasi bulanan pada September
  • PMI Manufacturing dan IKK sama – sama rebound kuat
  • Neraca dagang masih mencatatkan surplus tertinggi
  • Kredit perbankan mulai bertumbuh positif secara konsisten dan cadangan devisa tercatat tertinggi dalam sejarah
  • Pertumbuhan M2 melambat yang disebabkan oleh penurunan tagihan kepada pemerintah pusat
  • Penjualan mobil terus naik setelah adanya perpanjangan insentif PPnBM sampai Desember
  • Kesimpulan dan Rekomendasi

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

Produk 3M Performance YTD Performance
Saham
MGSED -0,3% +7,2%
MITRA +6,3% -2,3%
Pendapatan Tetap
MIDU +1,25%% +3,22%

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan September 2021 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

Baca Selengkapnya

Info lebih lanjut

Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.