Setelah ditahan sekian lama akhirnya pemerintah Indonesia melakukan penyesuaian BBM (bahan bakar minyak) seperti bensin dan solar. Penyesuaian harga dilakukan agar beban anggaran negara tidak membengkak dan penyaluran terhadap masyarakat dapat lebih bisa menjadi perhatian karena subsidi BBM yang dilakukan sebelum penyesuaian kurang tepat sasaran. Kenaikan BBM lebih disebabkan oleh kenaikan harga energi di seluruh dunia karena meningkatnya aktifitas ekonomi setelah pandemi serta terjadinya perang di Eropa sejak awal tahun 2022. Indonesia telah sering melakukan penyesuaian harga BBM baik naik maupun turun dan sering pula memberikan bantuan langsung kepada yang membutuhkan. Kami melihat Indonesia sudah masuk pada tahap ekonomi yang sudah lebih kuat sehingga penyesuaian harga BBM sudah sewajarnya dilaksanakan.

Overview

Perekonomian global masih dihadapkan pada inflasi tinggi yang cukup alot. Bila kita melihat data ekonomi AS di bulan September, terlihat jelas bahwa inflasi berada pada 8,2% yoy dan tingkat pengangguran berada pada level rendah di 3,5%. Maka tidak mengherankan bahwa The Fed menaikan suku bunga acuan sebanyak 75 bps untuk ketiga kalinya di bulan September 2022 menjadi 3,00% - 3,25%. The Fed diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan 75 bps pada pertemuan berikutnya di bulan November. Ekspektasi investor global terhadap inflasi di AS dimana mungkin sedang dalam masa transisi menuju penurunan yang besar sepertinya segera menjadi kenyataan karena suku bunga acuan naik pada laju yang sangat cepat dan kemungkinan dapat mengakibatkan resesi. Pasar global memperkirakan akibat kenaikan suku bunga yang begitu cepat, maka ekonomi AS menjadi sulit dan akhirnya The Fed kemungkinan terpaksa menurunkan suku bunga acuan mulai semester kedua 2023. Namun, kami masih melihat ekonomi AS kemungkinan hanya akan mengalami mild recession karena The Fed menentukan kebijakan berdasarkan data ekonomi yang dimana saat ini terus melemah akibat kenaikan signifikan dari suku bunga acuan. Jika data ekonomi terus melemah, maka The Fed dapat menurunkan basis kenaikan FFR.

Pada awal bulan September, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM yaitu harga bensin Pertalite sebesar 31% (Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter), harga solar sebesar 32% (Rp 5.150/liter menjadi Rp 6.800/liter) dan harga bensin Pertamax sebesar 16% (Rp 12.500/liter menjadi Rp14.500/liter).

Tentu kenaikan harga BBM ini mengakibatkan kenaikan inflasi dalam negeri naik mencapai 5,95% yoy pada bulan September 2022, jauh lebih tinggi dari 4,69% yoy di bulan Agustus 2022. Indeks Keyakinan Konsumen turun menjadi 117,2 di bulan September dari di 124,7 di bulan Agustus. Keputusan sulit ini terpaksa diambil karena anggaran subsidi energi terlampau tinggi mencapai Rp 502 triliun, naik tiga kali lipat dari anggaran awal sebesar Rp 152,5 triliun. Namun, kita boleh katakan bahwa penyesuaian harga BBM kali ini cukup mulus karena pemerintah bertindak cepat dalam mendistribusikan bantuan sosial. Ada tiga jenis bantuan social yang disalurkan yakti BLT (Bantuan Langsung Tunai) BBM sebanyak Rp 150.000 per bulan selama 4 bulan terhitung sejak September 2022. BLT BBM akan diberikan ke 20.65 juta penerima dengan total anggara Rp12,4 triliun. Kemudian Bantuan Subsidi Upah (BSU) bernilai Rp 600.000 yang diberikan ke para pekerja dengan gaji maksimal Rp 3,5 juta per bulan. Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 9,6 triliun untuk disalurkan ke 16 juta pekerja. Serta bantuan angkutan umum yang akan diberikan ke angkutan umum, ojek online dan nelayan. Bantuan ini dialokasikan pemerintah daerah dengan memanfaatkan 2% dana transfer umum sebesar Rp 2,17 triliun.

Roda perekonomian terus berjalan meskipun adanya kenaikan harga energi. Salah satu hal yang menggembirakan adalah daya beli masyarakat masih tetap terjaga terutama dari masyarakat berpendapatan menengah dan tinggi. Penjualan mobil pada bulan kenaikan BBM justru mencapai angka mendekati 100 ribu unit pada September dan merupakan angka tertinggi sejak akhir 2018.

Selain itu, penjualan motor juga berada di atas 500 ribu unit pada bulan September yang merupakan pencapain tinggi sejak masa pandemi. Pada perusahaan ritel masih dapat mencatatkan kestabilan SSSG (same store sales growth) di bulan September. Pada survey PMI Manufacturing, penyerapan tenaga kerja dan aktivitas pembelian terus meningkat. Kami melihat momentum kenaikan BBM di tengah akselerasi perekonomian cukup tepat.

September 2022 merupakan bulan yang cukup penting bagi banyak bank sentral di seluruh dunia dalam menaikan suku bunga acuan mereka. Alasan pengetatan kebijakan moneter yang cukup besar adalah untuk melawan inflasi. Selain itu, spread yang semakin melebar antara Fed Fund Rate (FFR) AS dan suku bunga acuan lainnya membuat banyak mata uang terdepresiasi, termasuk Rupiah. Hal ini terjadi karena The Fed menaikkan Fed Fund Rate sebesar 75 bps lagi pada September 2022 yang membawa suku bunga acuan ke kisaran 3 – 3,25%. The Fed mengisyaratkan bahwa kenaikan terakhir tidak akan menjadi yang terakhir dari proses pengetatan kebijakan moneter. Pasar memperkirakan FFR akan naik ke kisaran 4-5%, tertinggi sejak krisis keuangan 2008 – 2009. Bank Indonesia merespon dengan menaikkan 7D RRR sebesar 50 bps dan di luar ekspektasi pasar yang hanya 25 bps. Suku bunga acuan domestik kini meningkat menjadi 4,25% dan spread antara FFR dan BI 7D RRR hanya 100 bps.

Pada saat yang sama, kami melihat yield dari US 10-year Treasury melonjak signifikan menjadi 3,75% pada akhir September 2022 dari 3,13% pada akhir Agustus 2022, naik 62 bps dalam satu bulan. Sementara itu, yield dari INDOGB 10-tahun mencapai 7,38% pada akhir September 2022, hanya naik 26 bps dalam satu bulan. Oleh karena itu, spread antara imbal hasil INDOGB dan UST menyempit menjadi 360 bps dari sebelumnya di atas 400 bps. Kami dapat memahami bila INDOGB rentan terhadap koreksi. Namun, kami melihat likuiditas domestik yang besar yang dapat menjadi pendukung utama untuk membeli INDOGB. Realisasi penerimaan negara per Agustus 2022 sudah mencapai 95,6% dari target tahun 2022 sehingga pemerintah memiliki risiko yang lebih rendah dan tidak perlu menerbitkan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Selain itu, meskipun nilai tukar Rupiah terdepresiasi, namun relatif lebih baik dibandingkan mata uang negara lain.

Seperti pasar saham lainnya, koreksi saham dalam negeri terjadi pada September setelah rally pada bulan sebelumnya. Namun, menurut kami koreksi tersebut hanya bersifat sementara dimana menurut kami ekonomi Indonesia tumbuh stabil dan berada pada posisi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Meski valuasi saham global relatif lebih murah, namun valuasi saham Indonesia masih menarik karena laba bersih tumbuh cukup baik. Banyak sektor dalam perekonomian yang baru saja akan berkembang terutama industri jasa seperti perjalanan liburan, kesehatan, pendidikan, dll. Hal tersebut akan membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan permintaan barang dan jasa.

Topic of discussion

  • Inflasi melonjak signifikan.
  • PMI Manufacturing masih kuat, IKK mengalami penurunan sementara.
  • Trade balance surplus tetap bertahan.
  • Kenaikan besar suku bunga acuan.
  • Daya beli masyarakat masih kuat meskipun adanya penyesuaian BBM.
  • Kesimpulan dan Rekomendasi.

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

Produk 6M Performance YTD Performance
Saham
MGSED -10,3% -35,2%
MICB -3,2% +9,9%
Pendapatan Tetap
MIDU +0,04% -0,88%

*Data diatas adalah data per tanggal 27 Oktober 2022

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan September 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

Baca Selengkapnya

Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi - 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi - [email protected]
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.