Perkembangan kondisi ekonomi

Semester pertama 2022 telah usai, Indonesia dapat mengimbangi perkembangan ekonomi global dengan berbagai pencapaian. Keadaan ini dapat terlihat dari kemampuan daya beli masyarakat yang terus tumbuh secara konsisten. Daya beli yang membaik terlihat pada naiknya transaksi baik secara volume dan frekuensi di system perbankan. Begitu pula dengan naiknya penerimaan pajak pemerintah yang menunjukan adanya pemulihan ekonomi yang besar. Dasar kuatnya daya beli dipercaya karena permasalahan Covid sudah menjadi tantangan yang mulai menurun sehingga masyarakat mulai semakin bebas melakukan kegiatan secara normal. Sektor privat dan korporasi mulai berekspansi secara perlahan - lahan dan hal pertama yang dilakukan adalah menyerap tenaga kerja serta menanamkan modal baik dari kredit maupun simpanan. Tingginya harga komoditas di kuartal kedua memberikan bonus kepada perekonomian dalam negeri meskipun juga tersimpan resiko akan terjadinya inflasi yang bisa memberikan kontra produktif bagi kondisi pemulihan yang sedang terjadi.

Daya beli menjadi fokus utama pasar

Jika pada kuartal pertama 2022 kita banyak membicarakan kenaikan harga komoditas, maka pada kuartal kedua 2022 pembahasan ekonomi terfokus pada daya beli masyarakat Indonesia. Momentum yang tepat untuk menguji perekonomian Indonesia karena ekonomi global sedang menghadapi tantangan yang beresiko. Kami melihat resiko global yang besar karena data tenaga kerja di berbagai negara menunjukan kondisi yang paling kuat dalam beberapa tahun terakhir sampai akhirnya mendorong permintaan yang sangat besar akan barang dan jasa sehingga menimbulkan inflasi yang terlalu tinggi. Resiko terbesar terletak pada perubahan kebijakan yang akan diberlakukan dari kondisi yang sangat akonomodatif menjadi balik ke kondisi normal atau lebih ketat. Di kala keadaan ekonomi global menunjukan banyak ketidakpastian di kuartal kedua 2022, Indonesia dapat tampil menjadi jawaban. Momentum tersebut dipergunakan baik oleh Indonesia karena pada saat yang bertepatan dengan mayoritas masyarakat Indonesia menyambut hari raya Lebaran. Pada tahun ini pemerintah memperbolehkan masyarakat untuk melakukan mudik maupun liburan keluar kota, setelah dua tahun memperketat aktifitas akibat pandemi Covid 19. Hal ini dapat terlaksana berkat gencarnya vaksinasi yang diserukan dan kesadaran masyarakat sehingga Covid 19 sudah dapat teratasi. Indeks Keyakinan Konsumen melejit jauh kembali ke jaman sebelum pandemi berkat optimisme kondisi ekonomi dan pandangan masyakarat akan lapangan pekerjaan kedepannya. Kredit perbankan sudah berada pada single digit atas dan indeks belanja (frekuensi dan nilai) naik signifikan.

Subsidi untuk mendukung proses pemulihan ekonomi

Harga energi yang tinggi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat global. Indonesia juga mengalami tekanan harga energi yang tinggi dan pemerintah memutuskan untuk menaikan harga Pertamax pada bulan April. Kenaikan tersebut membuat banyak pengguna Pertamax beralih ke Pertalite dimana Pertalite sendiri memang sudah menjadi bahan bakar yang paling banyak digunakan dalam ekonomi Indonesia. Jika terjadi kenaikan harga Pertalite maka inflasi dapat meningkat sangat tinggi. Kondisi pemulihan ekonomi yang saat ini terjadi tentu masih awal. Jika masyarakat langsung dihadapkan pada harga energi yang tinggi pasti akan berdampak pada turunnya daya beli secara keseluruhan. Pemerintah menyadari bahwa agar dapat menekan inflasi di masyarakat maka harus diberikan subsidi energi yang vital seperti Pertalite, listrik dan gas. Berdasarkan data BPS, inflasi memang mengalami kenaikan dimana sampai pada akhir kuartal kedua 2022 sudah melewati batas atas target inflasi Bank Indonesia di 4%. Namun keputusan pemerintah sudah tepat dengan adanya subsidi energi karena terlihat inflasi inti (inflasi tanpa unsur harga energi dan makanan) yang sering digunakan sebagai rujukan daya beli yang masih berada di bawah 3%. Secara umum, kami melihat inflasi 4,35% yoy pada Juni 2022 masih lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan negara maju dan berkembang lainnya.

Pemerintah mencatatkan surplus fiskal selama semester pertama

Berbicara mengenai pembiayaan pemerintah terhadap harga energi, kita dapat melihat pendapatan dan pengeluaran pemerintah yang secara umum dapat dikatakan mencukupi. Pendapatan pemerintah sampai dengan Juni 2022 mencapai kenaikan 49% yoy berkat pemulihan ekonomi sehingga terjadi kenaikan pembayaran pajak, kemudian PPN yang naik dari 10% menjadi 11% dan bea keluar komoditas yang naik hampir empat kali lipat. Pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak naik 52% yoy dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBN) naik 36% yoy sampai pada Juni 2022. Meskipun penerimaan pemerintah cukup baik, sisi belanja negara masih cukup minim dengan kenaikan hanya berkisar 6% yoy sampai dengan Juni 2022. Penerimaan negara telah mencapai 58% dari target anggaran, sedangkan pengeluaran pemerintah sampai pada akhir Juni 2022 berkisar di 40%. Maka dari itu, tidak mengherankan bila pada semester pertama 2022 Indonesia mencatatkan surplus dalam neraca fiskal sebesar 0,4% terhadap GDP.

Ekspor dan impor dalam tren harus menguat

Pada kuartal kedua 2022, Indonesia mencatatkan pencapaian baik pada ekspor dan impor sehingga neraca dagang jauh meningkat dibandingkan kuartal – kuartal sebelumnya. Ekspor Indonesia pada kuartal kedua naik 39% yoy atau 13% qoq dimana peningkatan ini terdorong oleh komoditas batu bara dan CPO. Efek perang Rusia – Ukraina mempengaruhi pasokan dan harga energi dan pangan sehingga ikut mempengaruhi nilai ekspor Indonesia. Sementara itu, impor Indonesia pada kuartal kedua 2022 mengalami kenaikan yaitu sebesar 25% yoy atau 5% qoq. Impor menunjukan adanya geliat ekonomi yang terus berjalan terutama dari peningkatan bahan baku dan barang modal. Kuatnya ekspor di kuartal kedua 2022 membuat neraca dagang mencapai rekor surplus tinggi USD 15,6 milyar dibanding kuartal pertama 2022 USD 9,3 milyar atau kuartal kedua 2021 USD 2,9 milyar. Dengan adanya pencapaian ini kami perkirakan kemungkinan transaksi berjalan (current account) kuartal kedua 2022 akan kembali surplus dan lebih tinggi dibanding dengan kuartal pertama 2022 di 0,1% terhadap PDB.

Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasar modal di kuartal kedua dari segi pasar saham dan pasar obligasi secara lengkap dapat dibaca disini:

Baca Selengkapnya

Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi - (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi - 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi - cs@mandiri-investasi.co.id
Mandiri Investasi - www.mandiri-investasi.co.id
Moinves - www.moinves.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.